Profil Desa Galuh
Ketahui informasi secara rinci Desa Galuh mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil lengkap Desa Galuh, Bojongsari, Purbalingga. Menjelajahi asal-usul nama bersejarah, potensi utama sebagai sentra industri sapu glagah, kondisi geografis, data demografi, serta pemerintahan desa yang aktif dan berwawasan kemajuan.
-
Identitas Sejarah yang Kuat
Memiliki nama yang terkait dengan Kerajaan Galuh, memberikan nilai historis dan keunikan yang membedakannya dari desa lain di sekitarnya.
-
Sentra Industri Sapu Glagah
Merupakan pusat utama produksi kerajinan sapu glagah di Purbalingga, menjadi tulang punggung perekonomian mayoritas warganya dengan jangkauan pemasaran yang luas.
-
Masyarakat Agraris yang Padat
Memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dengan corak kehidupan masyarakat agraris yang komunal dan memegang teguh nilai gotong royong di tengah lahan subur lereng Gunung Slamet.

Desa Galuh, yang terletak di Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, merupakan sebuah wilayah yang kaya akan narasi sejarah dan potensi ekonomi kerakyatan. Nama "Galuh" sendiri menggema kuat dalam catatan sejarah Nusantara, memberikan desa ini identitas unik yang melampaui batas administratifnya. Di tengah pesatnya perkembangan zaman, masyarakat Desa Galuh terus merawat warisan budaya sambil menggerakkan roda perekonomian melalui industri kreatif, terutama sebagai salah satu sentra kerajinan sapu glagah yang terkemuka di Purbalingga.
Sejarah dan Asal-Usul Nama Desa
Keunikan utama dari Desa Galuh terletak pada namanya yang memiliki kaitan erat dengan salah satu kerajaan besar di tatar Sunda, yakni Kerajaan Galuh. Menurut cerita tutur yang berkembang dan diyakini oleh masyarakat setempat secara turun-temurun, asal-usul desa ini tidak terlepas dari jejak para pengembara atau punggawa yang berasal dari kerajaan tersebut. Konon, pada masa lampau, sekelompok orang dari wilayah Kerajaan Galuh melakukan perjalanan ke arah timur dan tiba di sebuah kawasan subur di lereng Gunung Slamet.
Mereka kemudian memutuskan untuk menetap dan membangun pemukiman baru di lokasi tersebut. Sebagai penanda dan untuk mengenang tanah asal mereka, pemukiman itu pun dinamai "Galuh". Meskipun sulit untuk dibuktikan secara arkeologis, narasi ini telah mendarah daging dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kolektif warga desa. Cerita ini memberikan nilai historis dan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat, membedakan Desa Galuh dari desa-desa lain di sekitarnya. Warisan nama ini menjadi modal sosial-budaya yang potensial untuk dikembangkan, misalnya melalui penelusuran sejarah lebih dalam atau sebagai tema dalam pengembangan pariwisata berbasis budaya.
Kondisi Geografis dan Administratif
Secara geografis, Desa Galuh berada di kawasan dataran tinggi yang subur, khas wilayah lereng Gunung Slamet. Letak ini memberikan keuntungan bagi sektor pertanian karena didukung oleh tanah vulkanik yang kaya unsur hara dan iklim yang sejuk. Desa Galuh memiliki luas wilayah sekitar 2,46 km² (246 hektare).
Pemerintahan desa secara resmi mendefinisikan batas-batas wilayahnya untuk kepastian hukum dan perencanaan pembangunan. Batas-batas administratif Desa Galuh ialah sebagai berikut:
- Sebelah UtaraBerbatasan dengan Desa Gembong.
- Sebelah TimurBerbatasan dengan Desa Karangaren (Kecamatan Kutasari) dan Desa Meri (Kecamatan Kutasari).
- Sebelah SelatanBerbatasan dengan Desa Kalikabong (Kecamatan Kalimanah).
- Sebelah BaratBerbatasan dengan Desa Gembong dan Desa Bojongsari.
Secara administratif, Desa Galuh merupakan bagian dari Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, dengan kode pos 53362. Kode Wilayah Administrasi dari Kementerian Dalam Negeri untuk desa ini adalah 33.03.14.2003. Struktur pemerintahan desa berjalan aktif, dipimpin oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa. Pemerintahan desa berupaya mengadopsi teknologi informasi, yang tercermin dari pengelolaan data kependudukan yang mulai terintegrasi secara digital untuk meningkatkan efisiensi pelayanan publik.
Demografi dan Kehidupan Sosial
Berdasarkan data kependudukan terakhir, Desa Galuh dihuni oleh 6.819 jiwa. Populasi tersebut terdiri dari 3.461 jiwa laki-laki dan 3.358 jiwa perempuan. Dengan luas wilayah 2,46 km², maka kepadatan penduduk Desa Galuh mencapai sekitar 2.772 jiwa per km². Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup tinggi, menandakan pemukiman yang padat dan interaksi sosial yang intensif.
Mayoritas penduduk Desa Galuh memeluk agama Islam, dan nuansa religius ini tecermin dalam kegiatan sehari-hari serta banyaknya lembaga pendidikan keagamaan seperti masjid, mushola, dan madrasah. Kehidupan sosial masyarakatnya sangat komunal dan memegang teguh nilai-nilai gotong royong. Tradisi seperti kerja bakti untuk membersihkan lingkungan atau membantu warga yang sedang memiliki hajatan masih terpelihara dengan baik.
Kelompok pemuda yang terwadahi dalam Karang Taruna juga aktif berkegiatan, seringkali menjadi motor penggerak dalam acara-acara desa, seperti perayaan hari kemerdekaan atau kegiatan sosial lainnya. Di bidang kesehatan, keberadaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di setiap dusun menjadi garda terdepan dalam memantau kesehatan ibu dan anak, serta memberikan penyuluhan kesehatan dasar bagi masyarakat. Sinergi antara pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan, dan warga menjadi kunci terciptanya lingkungan sosial yang harmonis dan solid.
Potensi Ekonomi dan Industri Unggulan
Perekonomian Desa Galuh ditopang oleh dua sektor utama, yaitu pertanian dan industri rumah tangga. Namun yang menjadi ikon dan motor penggerak ekonomi paling signifikan di desa ini ialah industri kerajinan sapu glagah. Desa Galuh telah dikenal luas sebagai salah satu sentra produksi sapu glagah terbesar dan tertua di Kabupaten Purbalingga.
Hampir di setiap sudut desa dapat ditemui aktivitas warga yang berkaitan dengan produksi sapu, mulai dari penjemuran bahan baku, perakitan, hingga proses penyelesaian akhir. Bahan baku utama, yakni bunga dari tanaman glagah (Saccharum spontaneum), banyak diperoleh dari daerah pegunungan di sekitar Purbalingga dan Banjarnegara. Keterampilan membuat sapu ini diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, menjadikan mayoritas warga memiliki keahlian dalam industri ini.
Industri sapu glagah di Desa Galuh tidak hanya sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga merupakan bagian dari denyut nadi kehidupan sosial. Banyak rumah tangga yang menggantungkan pendapatannya dari kerajinan ini. Produk sapu dari Galuh dikenal memiliki kualitas yang baik, kuat, dan tahan lama. Pemasarannya pun sudah sangat luas, tidak hanya untuk memenuhi permintaan pasar lokal di Purbalingga, tetapi juga telah merambah ke berbagai kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan hingga ke luar pulau.
Selain sapu glagah, sektor pertanian juga memberikan kontribusi penting. Lahan-lahan pertanian yang subur dimanfaatkan untuk menanam padi, sayur-mayur, dan palawija. Sebagian warga juga berprofesi sebagai peternak, terutama ternak kambing dan ayam. Keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di bidang kuliner dan jasa juga turut mewarnai perekonomian desa, meskipun skalanya belum sebesar industri sapu.
Arah Pembangunan dan Prospek Masa Depan
Menghadapi tantangan zaman, Desa Galuh memiliki sejumlah peluang besar untuk dikembangkan. Arah pembangunan desa ke depan diharapkan dapat bersinergi antara penguatan potensi yang sudah ada dengan inovasi baru.
Pertama, penguatan dan modernisasi industri sapu glagah. Meskipun telah menjadi sentra produksi, tantangan seperti regenerasi perajin, inovasi desain produk, dan pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran perlu menjadi fokus utama. Pemerintah desa dapat berperan sebagai fasilitator dalam pelatihan branding, pengemasan produk yang lebih menarik, serta membuka akses pemasaran melalui platform e-commerce. Hal ini akan membantu produk sapu Galuh menembus pasar yang lebih premium dan meningkatkan nilai jualnya.
Kedua, pengembangan potensi pariwisata berbasis sejarah dan industri. Narasi unik mengenai asal-usul nama "Galuh" merupakan aset yang sangat berharga. Desa dapat mengemas cerita ini menjadi sebuah paket wisata edukasi atau budaya. Wisatawan dapat diajak untuk menelusuri jejak sejarah desa sekaligus melihat secara langsung proses pembuatan sapu glagah dalam sebuah "workshop" kerajinan. Konsep "live-in" atau merasakan kehidupan sebagai perajin dalam satu hari bisa menjadi daya tarik tersendiri.
Ketiga, diversifikasi ekonomi. Bergantung pada satu komoditas utama memiliki risiko. Oleh karena itu, pengembangan sektor lain seperti pertanian organik, agrowisata skala kecil, atau UMKM kuliner khas desa perlu didorong untuk menciptakan sumber-sumber pendapatan baru bagi masyarakat. Dengan letaknya yang strategis di Kecamatan Bojongsari, yang juga menjadi lokasi objek wisata besar Owabong, Desa Galuh memiliki peluang untuk menangkap ceruk pasar wisatawan.
Dengan kolaborasi yang solid antara pemerintah desa, pelaku usaha, kelompok masyarakat, dan dukungan dari pemerintah kabupaten, Desa Galuh memiliki prospek cerah untuk tidak hanya menjadi desa yang mandiri secara ekonomi, tetapi juga menjadi desa yang bangga akan identitas sejarahnya yang kuat.